Tulisan Terbaru Bersahabat dengan kata...

Manusia Terbalik

Katanya manusia modern itu adalah manusia yang dari segi peradaban kehidupan semakin maju dan berkembang. Jaman digital yang ditunjang dengan pesatnya perkembangan teknologi di muka bumi, semakin menjadi kuat alasan bahwa kehidupan sekarang adalah kehidupun yang modern. Jaman memang serba modern, tidak luput pula tentang wilayah pemikiran yang modern. Khusus tentang pemikiran, saya berpandangan bahwa pemikiran jaman sekarang itu sudah terlampau modern, sampai-sampai hal yang sudah jelas benar dicari yang salahnya, hal yang jelas-jelas salah dipertahankan dan ditambah lagi kadar kesalahannya. Ko gitu sih ? namanya juga jaman modern. Hidup berhukum dan hidup sesuai dengan keharusan adalah hal yang tabu dan dianggap kuno. Aneh kan ? 

Walaupun disebut sebagai jaman modern, tapi ada beberapa hal yang menarik, kita akan menyebutnya dengan Manusia Terbalik.

Tentang manusia terbalik, saya kurang begitu sepakat dengan beredarnya sebuah istilah "Nakal dulu baru sukses" dan "Jadi orang jangan terlalu baik, nanti dimanfaatkan orang". Istilah itu adalah dua dari banyak istilah yang ng'trend di jaman kekinian. Siapa yang sering mengungkapkannya ? Ya, pemuda atau mungkin lebih tepatnya disebut ABG atau ada istilah lain ga ya selain ABG ? Pra ABG ? Terlepas dari siapa yang mengungkapkannya, baik secara langsung lisan maupun secara tulisan, itu adalah sebuah ungkapan yang bisa membuat cara pandang kacau yang jika cara pandang kacau akan mengakibatkan kacau pula cara sikap, bagaimana dengan masa depan ? jelas ini bukan hal yang baik bagi perkembangan pemikiran dan peradaban manusia masa kini dan untuk masa depan. Ada cara pandang yang terbalik.

Nah, dengan sudut pandang yang mudah-mudahan lebih segar, sekarang saya akan mencoba menguraikan kedua istilah yang sedang ng'hitz yang sering diucapkan oleh orang-orang yang mengaku hitz. Pertama tentang istilah "Nakal dulu baru sukses". Sebuah kalimat spekulasi dari seseorang yang ingin sukses namun ingin menikmati masa mudanya dengan diisi oleh hal-hal tindak tanduk kenakalan. Nakal menurut KBBI adalah suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, dan sebagainya, terutama bagi anak-anak). Saya tidak mengerti darimana dan bagaimana cara pandang seperti itu menjadi populer dikalangan remaja. Menurut saya, itu adalah sebuah istilah dalam upaya untuk mengamankan diri tentang kenakalannya, sebuah istilah yang mencoba untuk meyakinkan bahwa jalan sukses bisa ditempuh dengan diri yang sebelumnya nakal. Agak aneh juga sebenarnya saat menulis bagian ini, sangat bertolak belakang dengan cara pandang keharusan. Memang, kita bisa mengetahui nasib dimasa depan bagaimana. Dan memang pula, baiknya sekarang tida bisa menentukan baiknya masa depan. Yang baik saat ini aja ga bisa menjadi masa depan yang baik ? apalagi yang nakal ! 

Namun, berpikir dan bersikap baik saat ini bukan hanya dipersembahkan untuk masa depan, tapi sejauh mana juga kita bisa bermanfaat saat kita hidup masa yang sedang kita jalani saat ini. Saya tidak yakin orang nakal akan membangun situasi yang baik, yang ada yang nakal akan membuat situasi yang baik jadi buruk, apalagi kenakalannya adalah kenakalan yang disengaja. Nakal ko disengaja dan direncanakan, dek ? Sudahi untuk berfikir dan berbicara nakal dulu baru sukses, buah yang baik adalah lahir dari pemeliharaan yang baik dari petaninya, pun dengan masa depan yang baik adalah lahir dari cara pandang, cara sikap dan perencanaan yang baik. Tentang hasilnya nanti, semoga Allah mengabulkan hal yang baik, yang kita tanam dihari ini. Jika pernah mendengar atau membaca tentang ada seseorang yang sukses saat ini karena masa lalu yang nakal, ya anggap saja itu adalah sebagai pembelajaran, dan perlu menjadi sebuah keyakinan bagi kita semua, jika yang nakal aja mampu sukses dengan kenakalannya, bagaimana jadinya jika suksesnya lahir dari kebaikan yang selalu dia tanam untuk diri dan sosialnya ? mulia !
Jadi boleh ga nih nakal dulu baru sukses ? Ga boleh ! Nakal bukan sesuatu yang disengaja dan direncanakan.

Cara berfikir manusia kekinian itu memang unik cenderung aneh, terkadang malah keluar dari cara berfikir dari keharusan, manusia terbalik memang seperti itu. Yang salah disangka benar karena mayoritas melakukannya, yang benar disangka salah karena hanya kaum minoritas yang menjamahnya. Maka kesimpulan sementaranya adalah, manusia kekinian melihat benar dan salahnya itu adalah karena seberapa banyak orang yang terlibat pada hal yang dilakukan. 

Selanjutnya, mari kita sama-sama urai tentang cara pandang "Jadi orang jangan terlalu baik, nanti dimanfaatkan orang". Lah ini apaan ? bukankah orang yang baik itu adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain ? Ini malah jangan jadi orang baik, bukan, maksud saya jangan jadi orang yang terlalu baik ! Menjadi orang baik saja sudah sangat baik, apalagi menjadi orang yang terlalu baik. Dengan beredarnya cara pandang seperti itu, bagi mereka yang awam seakan-akan kalimat itu adalah kalimat yang menyejukkan, terlebih bagi mereka yang hidupnya malas untuk bersentuhan dengan sosial dan malas berbagi manfaat. Karena kita sama-sama tahu, bahwa hidup bersosial adalah tentang sejauh mana kita bisa bermanfaat untuk orang lain. 

Bagaimana jika kalimatnya kita rubah dari "Jadi orang jangan terlalu baik, nanti dimanfaatkan orang"  menjadi "Jadi orang harus baik, agar bermanfaat untuk orang lain"  lebih menyegarkan bukan jika seperti itu ? sebernarnya kalimat diatas adalah dua kalimat yang memiliki urgensi yang sama. Yaitu sama melakukan sesuatu untuk orang lain, kalimat yang pertama memang terkesan manfaat yang kita berikan berada dalam lingkaran motif tertentu dari orang lain. Kalimat yang kedua,  manfaat yang kita berikan pada orang lain adalah manfaat yang terencana dan kesengajaan kita memberikan manfaat untuk orang lain. 

Menjadi orang yang bermanfaat itu menyenangkan, sangat menyenangkan. Coba banyangkan, apa yang kiranya dirasakan saat kita dinantikan oleh banyak orang, dinantikan pandangannya, dinantikan solusinya dan dinantikan sosoknya ? hidup bermanfaat untuk orang lain adalah sesuatu keindahan dalam hidup bersosial. Jangan berhenti menjadi orang orang baik, apakah kebaikan kita akan dimanfaatkan oleh orang lain ataupun tidak, yang paling penting kita memiliki cara pandang bahwa ; "Baiknya saya, adalah karena saya ingin bermanfaat untuk orang lain". Lagian bukan sesuatu yang rugi jika kita berbuat baik pada orang lain, terlepas apakah orang lain tersebut berbuat baik balik kepada kita atau tidak, tentunya hal itu bukan menjadi orientasi bagi kita untuk berbuat baik kan ? Tirulah Oemar Bakhri. Biarkan Allah yang memutuskan dan memberi pahala ( Insya Allah ) atas kebaikan yang kita lakukan. 

Semoga Allah selalu menjaga dan membimbing kita agar selalu bersemangat belajar dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, serta semoga kita tidak menjadi manusia yang terbalik akalnya, tapi menjadi manusia terbaik karena akalnya. Terimakasih yang sudah membaca, mohon maaf apalagi ada susunan kata yang kurang pas dan cara pandang yang bertolak belakang, Insya Allah akan selalu dijadikan perbaikan 😃

Tentang Monumen Kata

Sebelumnya banyak nama yang muncul sebelum nama ini. Mulai dari nama yang bersifat terlalu mewah untuk seorang pemula seperti saya, nama yang dianggap keren pada masanya dan ternyata nama itu lebih jijik daripada istilah 4L4Y, sampai pada akhirnya ditahun 2015 yang lalu muncullah nama Monumen Kata. Sebuah nama yang lahir dari pemikiran panjang, terlepas apakah nama ini lebih baik atau buruk dari istilah 4LAY, yang jelas saya merasa lebih nyaman menuahkan buah pikiran di lapak yang satu ini.

Monumen Kata adalah media/blog pribadi yang isinya berupa tulisan lepas. Saya menyebutnya tulisan lepas karena ketika menulis saya tidak begitu mengikuti tatak rama tentang penulisan yang baik dan benar, mungkin karena ketidak tahuan saya tentang hal itu Hehe. Adapun yang menjadi isi dari lapak ini adalah lebih mengedepankan tentang potret pemuda dan sosial. Agama, Politik dan Ekonomipun akan menjadi bahasan di lapak ini, hanya saja kadarnya tidak akan melebihi dari bahasan tentang pemuda dan sosial. Karena menurut saya, membahas tentang tiga hal yang tidak menjadi prioritas penulisan terlalu riskan. Disebut terlalu riskan adalah karena akan menimbulkan perdebatan yang akhirnya akan membentuk karakter Merasa paling benar. Terlebih dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki, ya lebih spesifiknya adalah karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Kalo hanya sekedar copas dari lapak tetangga sih gampang-gampang aja, tapi saya lebih senang menulis dengan cara pandang dan gaya saya sendiri.  Tulisan tentang Cinta ? ya itu akan menjadi bagian pengisi dari lapak yang sederhana ini.

Namun, terlepas daripada itu semua, saya adalah seorang pembelajar yang kadang memiliki sifat malas untuk belajar, kadang, tidak sering apalagi selalu. Malas adalah suatu sifat/keadaan manusiawi yang dianggap wajar. Malas adalah salah satu penyebab dari seseorang dianggap “mati sebelum ajalnya” oleh Tuhan dan juga oleh sosial. Bagaimana tidak, karena Tuhan dan sosial tidak menganggap ada orang yang malas, apalagi jika malasnya menjadi penyebab dia tidak melaksanakan kehidupan yang berkeTuhanan. Hanya fisiknya saja yang nampak, tapi tidak dengan potensi dan manfaatnya. Kalo kata urang sunda mah, eweuh pulungeunanan. Malas salah satu penyebab kegagalan seseorag ? bisa jadi ! apalagi sekarang ditambah kata “gerak” setelah kata malas. Mager, malas gerak, sebuah penyakit yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan pikiran dan masa depan. Nah, saya memang seorang pembelajar yang kadang memiliki sifat malas, terhadap hal itu saya tidak akan membiarkan hal yang dianggap manusiawi jadi penghambat saya untuk berkarya. Saya mencoba untuk selalu bergairah dan bersemangat, mengalirkan darah muda saya pada sebuah karya untuk sebuah perubahan yang mendasar dan revolusi. Insya Allah


Mohon maaf jika dalam memposting sebuah tulisan, ada kesamaan tulisan baik dalam redaksi, judul atau apapun itu. Karena dalam menulis banyak sekali yang menjadi reverensi saya, ya namanya juga seorang pembelajar 😊  Dan terimakasih sudah berkunjung, semoga tulisannya bisa bermanfaat untuk wilayah akal, hati dan amal. Aamiin 

Islam dan Moral Seorang Muslim

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan? Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, sekali lagi, terbanyak di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak beradab. Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu. Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran dan yang terbaru adalah perlakuan pemerintah terhadap beberapa gerakan yang mengatasnamakan Islam yang dipandang sebagai pengganggu keutuhan NKRI. Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi ? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin ?

Jika disebut orang-orang, khususnya umat muslim di Indonesia tidak berpendidikan, jelas jawabannya tidak seperti itu. Di era yang semakin berkembang ini, nilai atau status pendidikan menjadi hal yang diperlombakan, apakah karena memang kebutuhan pribadi bahkan sosial atau memang karena gengsi sosial jika tidak melanjutkan kepada tahap selanjutnya setelah menjadi seorang pelajar. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan umat Islam di Indonesia ? adalah moral yang menjadi hal mendasar terhadap pola hidup dijaman kekinian. Menjadi seorang Muslim, bagi kebanyak orang hanya menjadi status sosial saja, bahkan hanya untuk sekedar mengisi kolom/baris Agama di KTP (sebut Islam KTP). Namun ada yang lebih baik daripada itu, bagi beberapa orang juga yang mengaku dirinya sebagai Muslim, hanya menjadikan kemuslimannya sebagai amaliyah harian yang hanya mengurusi urusannya pribadi dirinya sendiri dengan Tuhannya. Sedangkan sosial ? sosial tidak begitu tersentuh, lalu apalagi dengan urusan Negara ? Makannya, di Indonesia kenapa banyak orang yang merusak dan tidak melakukan banyak perbaikan ? dimana seorang Muslim saat itu terjadi ? saat keadaan itu terjadi dan semakin menjadi, bukan berarti seorang Muslim yang baik tidak ada di bumi Indonesia, tapi itu karena seorang Muslim belum sadar atau tidak sadar akan pentingnya konsep Rahmatan Lil Alamin. Seorang Muslim seharusnya bisa mensejahterakan, dan menjadi penyambung rahmat antara Allah dengan alam semesta, termasuk didalam adalah manusia. Lebih jauhnya lagi, ada kewajiban seorang muslim terhadap status yang dia emban di muka bumi, yaitu melakukan amar ma’ruf dan nahyi mungkar sebagai mana yang tercantum pada surat Al-Imroh (3) : 110 :” Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Semoga kita selalu melakukan perbaikan terhadap diri dan sosial. Sehingga baik benarnya diri dan sosial menjadikan alasan bagi Allah untuk berikan Kasih dan SayangNya di muka bumi.
Aamiin.

Untukmu Yang Kan Pergi

Ditulis oleh : Enjang Muhdiat Saputra
Dibaca oleh : Enjang Muhdiat Saputra dan Nisa Fahmisari Hidayat
Puja dan Puji adalah milik Illahi Rabbi , Dia yang menghuni Arsy
Salam Keselamatan selalu kami sampaikan kepada Junjunan Nabi, Muhammad SAW

Sebuah saling pandang, tentang masa lalu dan harapan.

Untukmu yang kan pergi
Mungkin ada kisah yang telah runtuh karena usia
Mungkin ada benci yang telah memagari hati
Mungkin ada kasih yang telah membuat tetap sudi
Mungkin nanti kan ada orang yang selalu menunggu kembali

Untukmu yang kan pergi
Pengabdi sejati jika pergi, dia akan kembali
Pengabdi hanya sekedar jika pergi, kembali hanyalah umbar janji
Jika nanti kau tidak akan pernah peduli
Ketahuilah, senja yang bersahaja tetap selalu menanti

Untukmu yang kan pergi
Teringat saat, kau hanyalah manusia yang hanya mempunyai rupa
Kau hanya bisa menyangka, tentang siapa yang kan berjasa
Teringat saat, kau hanyalah manusia yang ketika salah mengatasnamakan lupa
Kau hanya berkeluh kesah, menjawab persoalan hati yang tlah resah

Untukmu yang kan pergi
Ingatkah ? saat kau merengkek diruang gelap nan sempit itu ?
Tidak ada yang peduli, jikapun terdengar derap langkah itu hanyalah palsu
Ingatkah ? saat kau tegak berdiri namun tiada yang menghampiri ?
Tidak ada yang peduli, jikapun duduk hanya untuk mencari sejuk

  
Siapa yang telah pergi atasnama mengabdi ?!

Tentangmu dan ku
Selalu ada kisah yang layak untuk jadi cerita
Tentang ada dan pergiku, karena ada dan pergimu
Selalu ku tatap wajah beliamu
Ku ingin tau seberapa dalam kedalamanmu

Untuk dia, jasamu tidak lebih dari hitungan jemari
Untuk dia, kehadiranmu mungkin hanya bagai onak berduri
Untuk dia, lebamnya hatimu mungkin karena si penyimpan dendam
Lantas, saat itu, kenapa kau masih tetap ada ?

Tentangmu dan Ku
Waktu adalah peran antagonis terhadap sebuah perpisahan
Aku tidak mengerti tentang arti dari pengabaianmu
Ku buat waktu sempit saat sempat tidak pernah tepat
Ku datang dengan rindu yang telah menggudang
Tapi, aku bukanlah yang kau undang.

Lantas, tegak berdirimu disana untuk apa ?
Bukankah lebih menyenangkan jika duduk diam diantara meja bundar ?
Lantas, air yang bederai itu untuk siapa ?
Bukankah lebih menyenangkan membuat diri lebih damai dan bahagia bersama dengan senja

Tentangmu dan ku
Aku tidak mengerti tentang masa yang telah dilalui
Kau ini memang siapa ?
Hidup dalam satu bingkaipun hanyalah sebuah ketabuan
Bahkan aku pernah melihat saat kita bertukar senyum, ternyata hanya kepalsuan
Bagiku saat itu, bahagia adalah yang hal tabu

Lantas, kenapa kau masih tetap ada ?
Apakah rasa cinta telah terlanjur kau semai ?
Apakah rasa benci yang menjadi sebuah pembuktian ?
Apakah masih ada kasih yang tersisa diruang sesak pulau durhaka ?
Apakah semuanya atasnama sebuah pengabdian ?

Dik, semuanya aku lakukan karena kecintaanku pada rumah yang telah membesarkanku
Kini, aku ada kembali dengan diri yang lain
Kini, aku ada berada lebih dekat dengan keadaan yang sama dengan dulu
Dengan membawa Hati yang selalu ranum
Dan terbawa pada pikir yang tetap selalu termenung

Ku tahu, kau tidak pernah untuk tidak kembali
Kaulah sejati
Ku tahu, jikapun kau pergi
Kembali pulang bukan hanya sebuah janji

Dik, jika masanya telah tiba
Jangan kembali pulang jika semuanya belum usai
Pengabdian besarmu adalah ditempat barumu
Berikan Diri dan pengorbananmu lebih dari yang pernah kau lakukan untuk rumahmu
Namun , kembalilah pulang saat kau resah dan berilah kami kabar bahagia.

Kak, jika masanya telah tiba
Akan kudekap kau dengan kasih dan rindu
Memang aku dan kau tidak banyak bersama
Tapi masih bolehkan kita bertukar cerita ?

Selamat jalan,
Kami  akan selalu menantikanmu pulang

Dari kami, pemburu senja.

Tentang Penulis

Enjang Muhdiat Saputra, S.H
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 8 September 1991. Penulis merupakan anak ke 2 dari 3 saudara dari pasangan Darsam dan Otiah ( Alm ). Penulis memiliki 1 orang kakak laki-laki bernama Dedi Pardiansyah dan seorang adik perempuan yang bernama Sa’adah Nur Qomariah.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal pada tahun  1998 di SDN Telupkinang 1 Ciawi Kabupaten Bogor dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung dan tamat pada tahun 2007, setelahnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung dan tamat pada tahun 2010. Di tahun yang sama pasca kelulusan pendidikan SMA, penulis melajutkan jenjang pendidikan ke UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Muamalah melalui jaluar PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) dan lulus pada tahun 2017. Mengalami keterlambatan karena beberapa sebab yang rasional.
Selama mengikuti pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis mengukuti organisasi HIMA Muamalah ( Himpunan Mahasiswa Muamalah ) selama dua periode. Adapun amanah saat yang itu yang diemban adalah sebalagi Sekretaris Bidang Pengembangan Intelektual diperiode pertama dan menjadi Ketua di Bindang Pengembangan Intelektual diperiode ke dua. Adapaun kegiatan berorganisasi di luar kampus, penulis merintis dan menjadi ketua di media Training dan Consultant INSTANT ( sekarang berubah nama menjadi Gagasan Muda ). Sebuah media yang bergerak dibidang training motivasi dan konsultan bisnis serta pendidikan. Sebelum duduk di bangku pendidikan Universitas, penulis aktif di organisasi sekolah antara lain : Menjadi ketua OSIS SMPN 1 Cileunyi masa bakti 2005-2006, menjadi sekretaris MPK ( Majelis Permusyawaratan Kelas ) masa bakti 2007-2008 SMAN 1 Cileunyi dan menjadi ketua OSIS masa bakti 2008-2009 di sekolah yang sama.


MOTTO
“I Just a Human, No More !”

Aku adalah makhluk Allah, makhluk terbaik ciptaan Allah.Penciptaanku lebih baik daripada makhluk Allah yang lainnya.Semoga dengan sisi manusiaku, aku bisa memanusiakan manusia.Karenanya aku bangga menjadi manusia.

Sukma Rinduku

Sukma Rinduku
Mata malamku terlihat sembab
Tangisnya adalah kesedihan atas ulah setiap anak adam
Tangisnya adalah amarah atas pepohon yang t’lah tumbang
Tangisnya adalah kehangatan yang indah untuk seorang aku, anak malam

Sukma rinduku yang berbunga nan indah
Seketika aku melihat malam menjadi cerah
Sukma rinduku yang mengeras nan berbatu
Menjadi kekuatan rasa yang t’lah tak tabu

Malamku terasa teramat panjang,ternyata  pagiku enggan kembali
Buaian malam ini membawaku pada ingatan setiap sirat tawa yang nampak
Dekapan malam ini semakin membuatku hanyut pada sebuah kerinduan, Sukma rinduku
Indah untuk dikenang dan manis untuk dirasakan, serta sayang untuk dilepaskan

Rinduku adalah candu atas kesendirian yang sendu
Rinduku adalah cambuk atas hati yang hampir membusuk
Ku nikmati dan kuhayati
Semakin dalam dan jauh
Ternyata semakin ku temukan sandi rasa

Untukmu yang kurindu, malam ini nampak terang
Untukmu yang kurindu, rasa ini nampak senang
Untukmu yang kurindu, jiwa ini nampak tenang
Untukmu yang kurindu, seseorang yang aku sayang

Sukma Rinduku~

Kidung Harapku

Ketika kau berbicara tentang masa depan
Disanalah aku berada dan tegak berdiri
Ketika kau berbicara tentang semangat melangkah
Disanalah aku berada dan bersedia mengiringi
Ketika kau berbicara tentang Keindahan
Disanalah aku berada dan t'lah menjadi bingkai

Namun,
Ketika kau lemah
Ketika kau pasrah
Dan Ketika kau payah
Aku tidak sedang bersamamu

Memang,
Aku begitu dekat dengan jemarimu
Aku begitu nyata dalam ingatanmu
Aku tidaklah jauh dan aku tidaklah maya
Aku ada dan aku sedang menantikanmu

Aku hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki tekad tunggal
Aku hanya bisa didengar oleh mereka yang memiliki jiwa karsa
Aku hanya bisa dirasa oleh mereka yang memiliki hati yang peka
Aku hanya bisa diraih oleh mereka yang memiki keselarasan yang ika

Kau tidak harus menguraikan jemari atas apapun yang menghadang
Kau hanya harus berpangku tangan, mengikatkan perasaan antar kawan
Kau tidak harus menerus meratapi setiap rasa pilu yang datang
Kau hanya harus menghimpun kembali gelora yang sempat terurai

Untukmu,
Temukan aku dipersimpangan takdir
Genggamlah aku ketika kau mulai berpadu
Raihlah aku dipenghujung perjalananmu
Sebutlah namaku ketika kau hanyut dalam doa qudusmu

Maka,
Gantungkan harapan itu setinggi yang kau bisa
Raihlah harapan itu dengan sebenar-benarnya usaha
Simpanlah harapan itu dalam se suci-sucinya doa

Salam rindu dariku,
Aku yang bernama "HARAPANMU"~

Ku Simpan Selamat Jalan dan Terimakasihku

Seandainya bisa kembali berjumpa dengan masa lalu, tentunya hal itu akan sangat membuat malu untuk siapapun yang melihatnya, sebuah masa lalu yang tidak pantas jika harus menjelma saat ini. Tapi saat itu, setiap hal yang terjadi adalah sebuah alur takdir yang mengalir, bak air sungai yang melewati kerasnya bebatuan, terjun lepas selayaknya jatuh dari ketinggian, semuanya adalah hal yang wajar. Wajah lugu dan tingkah polos adalah hal yang tidak bisa dilanggar, saat mata selalu dipaksa untuk melihat sebuah kenakalan kecil, telinga selalu dipaksa untuk mendengarkan keluh kesah manja, dan hati selalu dirundung oleh sebuah kekhawatiran akan sebuah kemungkinan perjalanan panjang yang akan sulit untuk dilalui. Ya, saat itu banyak kekhawatiran yang membuatku sulit untuk berlepas diri, dan celakanya aku masih kesulitan untuk berlepas diri.

Kini, aku tidak lagi gugup melihat paras wajahmu. Mataku, seperti merestui untuk melihat tingkahmu yang telah tidak biasa. Telingaku, tidak lagi berontak menyumpal, saatku mendengar ucap harumu. Hatiku, tidak lagi dirundung amarah saat pipi manismu tergenangi oleh bulir air mata. Satu tahun, kau tersiksa oleh keharusan kerja yang menguras waktumu, sehingga kau sangat sering menghirup aroma senja yang wangi akan lelah. Satu tahun, kau banyak mengerutkan keningmu, sehingga kadang kau lupa bahwa ada kehidupan lain yang perlu kau jamah dan kau pikirkan. Satu tahun, kau harus rela dan terpaksa taat pada ucapku, sehingga terkadang kau harus menutup rapat ocehan orang yang harus kau hormati. Namun satu tahun berikutnya, adalah babak baru untuk kehidupanmu, sebuah kesempatan untuk menjaga kebaikan dan mengurai segala hal yang tidak layak untuk jadi sebuah cerita.  Berikutnya, adalah sebuah fase sederhana dimana perjalanan dua tahunmu di uji, sebuah fase dimana kau harus tegak berdiri saat kau tidak lagi memiliki hak untuk mengirup aroma senja.

Wingsati ku, sekalipun kau telah melakukan banyak hal luar biasa hari ini dan kemarin, tapi maaf jika aku harus menyimpan kata “Selamat jalan dan Terimakasihku” untuk mu, bukan karena sebuah kepantasan, tapi ini berbicara tentang kesiapanku yang belum juga kunjung datang. Aku hanya takut, saat aku mengatakan dwi kata itu, aku harus benar-benar merelakan semuanya, aku belum siap. Namun aku tidak harus melanggar janji, saat bibir keluku harus berucap maaf atas apapun yang tidak layak untuk dipertontonkan, tidak layak untuk didengar. Suatu saat nanti, kata tersimpan itu akan aku perdengarkan untukmu sebagai pelengkap dari baris kata di akhir perjuangan untuk rumah sederhana kita.
Tentang selanjutnya, aku akan selalu menanti untuk menikmati setiap kebaikan yang kau ukir, tidak peduli seberapa lamapun itu. Akupun akan menanti, sejauh mana jemari kecilmu bisa saling mengikat antara satu sama lain, dan aku akan menanti, bahu kecilmu untuk sekedar menjadi sandaran keluh kesahku.

Tidak adil untukku jika aku harus mengatakan semuanya sekarang, aku masih ingin menceritakan banyak hal tentangmu. Aku tidak mau, aku kehabisan cerita untuk selalu menuliskan kisahmu.

Wingsati ku, maaf, ku simpan selamat jalan terimakasihku untuk nanti :)

-Dariku yang selalu memaksamu-
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Monumen Kata - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
-->