Tulisan Terbaru Bersahabat dengan kata...

Tentang Penulis

Enjang Muhdiat Saputra, S.H
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 8 September 1991. Penulis merupakan anak ke 2 dari 3 saudara dari pasangan Darsam dan Otiah ( Alm ). Penulis memiliki 1 orang kakak laki-laki bernama Dedi Pardiansyah dan seorang adik perempuan yang bernama Sa’adah Nur Qomariah.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal pada tahun  1998 di SDN Telupkinang 1 Ciawi Kabupaten Bogor dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung dan tamat pada tahun 2007, setelahnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung dan tamat pada tahun 2010. Di tahun yang sama pasca kelulusan pendidikan SMA, penulis melajutkan jenjang pendidikan ke UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Muamalah melalui jaluar PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) dan lulus pada tahun 2017. Mengalami keterlambatan karena beberapa sebab yang rasional.
Selama mengikuti pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis mengukuti organisasi HIMA Muamalah ( Himpunan Mahasiswa Muamalah ) selama dua periode. Adapun amanah saat yang itu yang diemban adalah sebalagi Sekretaris Bidang Pengembangan Intelektual diperiode pertama dan menjadi Ketua di Bindang Pengembangan Intelektual diperiode ke dua. Adapaun kegiatan berorganisasi di luar kampus, penulis merintis dan menjadi ketua di media Training dan Consultant INSTANT ( sekarang berubah nama menjadi Gagasan Muda ). Sebuah media yang bergerak dibidang training motivasi dan konsultan bisnis serta pendidikan. Sebelum duduk di bangku pendidikan Universitas, penulis aktif di organisasi sekolah antara lain : Menjadi ketua OSIS SMPN 1 Cileunyi masa bakti 2005-2006, menjadi sekretaris MPK ( Majelis Permusyawaratan Kelas ) masa bakti 2007-2008 SMAN 1 Cileunyi dan menjadi ketua OSIS masa bakti 2008-2009 di sekolah yang sama.


MOTTO
“I Just a Human, No More !”

Aku adalah makhluk Allah, makhluk terbaik ciptaan Allah.Penciptaanku lebih baik daripada makhluk Allah yang lainnya.Semoga dengan sisi manusiaku, aku bisa memanusiakan manusia.Karenanya aku bangga menjadi manusia.

Sukma Rinduku

Sukma Rinduku
Mata malamku terlihat sembab
Tangisnya adalah kesedihan atas ulah setiap anak adam
Tangisnya adalah amarah atas pepohon yang t’lah tumbang
Tangisnya adalah kehangatan yang indah untuk seorang aku, anak malam

Sukma rinduku yang berbunga nan indah
Seketika aku melihat malam menjadi cerah
Sukma rinduku yang mengeras nan berbatu
Menjadi kekuatan rasa yang t’lah tak tabu

Malamku terasa teramat panjang,ternyata  pagiku enggan kembali
Buaian malam ini membawaku pada ingatan setiap sirat tawa yang nampak
Dekapan malam ini semakin membuatku hanyut pada sebuah kerinduan, Sukma rinduku
Indah untuk dikenang dan manis untuk dirasakan, serta sayang untuk dilepaskan

Rinduku adalah candu atas kesendirian yang sendu
Rinduku adalah cambuk atas hati yang hampir membusuk
Ku nikmati dan kuhayati
Semakin dalam dan jauh
Ternyata semakin ku temukan sandi rasa

Untukmu yang kurindu, malam ini nampak terang
Untukmu yang kurindu, rasa ini nampak senang
Untukmu yang kurindu, jiwa ini nampak tenang
Untukmu yang kurindu, seseorang yang aku sayang

Sukma Rinduku~

Kidung Harapku

Ketika kau berbicara tentang masa depan
Disanalah aku berada dan tegak berdiri
Ketika kau berbicara tentang semangat melangkah
Disanalah aku berada dan bersedia mengiringi
Ketika kau berbicara tentang Keindahan
Disanalah aku berada dan t'lah menjadi bingkai

Namun,
Ketika kau lemah
Ketika kau pasrah
Dan Ketika kau payah
Aku tidak sedang bersamamu

Memang,
Aku begitu dekat dengan jemarimu
Aku begitu nyata dalam ingatanmu
Aku tidaklah jauh dan aku tidaklah maya
Aku ada dan aku sedang menantikanmu

Aku hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki tekad tunggal
Aku hanya bisa didengar oleh mereka yang memiliki jiwa karsa
Aku hanya bisa dirasa oleh mereka yang memiliki hati yang peka
Aku hanya bisa diraih oleh mereka yang memiki keselarasan yang ika

Kau tidak harus menguraikan jemari atas apapun yang menghadang
Kau hanya harus berpangku tangan, mengikatkan perasaan antar kawan
Kau tidak harus menerus meratapi setiap rasa pilu yang datang
Kau hanya harus menghimpun kembali gelora yang sempat terurai

Untukmu,
Temukan aku dipersimpangan takdir
Genggamlah aku ketika kau mulai berpadu
Raihlah aku dipenghujung perjalananmu
Sebutlah namaku ketika kau hanyut dalam doa qudusmu

Maka,
Gantungkan harapan itu setinggi yang kau bisa
Raihlah harapan itu dengan sebenar-benarnya usaha
Simpanlah harapan itu dalam se suci-sucinya doa

Salam rindu dariku,
Aku yang bernama "HARAPANMU"~

Ku Simpan Selamat Jalan dan Terimakasihku

Seandainya bisa kembali berjumpa dengan masa lalu, tentunya hal itu akan sangat membuat malu untuk siapapun yang melihatnya, sebuah masa lalu yang tidak pantas jika harus menjelma saat ini. Tapi saat itu, setiap hal yang terjadi adalah sebuah alur takdir yang mengalir, bak air sungai yang melewati kerasnya bebatuan, terjun lepas selayaknya jatuh dari ketinggian, semuanya adalah hal yang wajar. Wajah lugu dan tingkah polos adalah hal yang tidak bisa dilanggar, saat mata selalu dipaksa untuk melihat sebuah kenakalan kecil, telinga selalu dipaksa untuk mendengarkan keluh kesah manja, dan hati selalu dirundung oleh sebuah kekhawatiran akan sebuah kemungkinan perjalanan panjang yang akan sulit untuk dilalui. Ya, saat itu banyak kekhawatiran yang membuatku sulit untuk berlepas diri, dan celakanya aku masih kesulitan untuk berlepas diri.

Kini, aku tidak lagi gugup melihat paras wajahmu. Mataku, seperti merestui untuk melihat tingkahmu yang telah tidak biasa. Telingaku, tidak lagi berontak menyumpal, saatku mendengar ucap harumu. Hatiku, tidak lagi dirundung amarah saat pipi manismu tergenangi oleh bulir air mata. Satu tahun, kau tersiksa oleh keharusan kerja yang menguras waktumu, sehingga kau sangat sering menghirup aroma senja yang wangi akan lelah. Satu tahun, kau banyak mengerutkan keningmu, sehingga kadang kau lupa bahwa ada kehidupan lain yang perlu kau jamah dan kau pikirkan. Satu tahun, kau harus rela dan terpaksa taat pada ucapku, sehingga terkadang kau harus menutup rapat ocehan orang yang harus kau hormati. Namun satu tahun berikutnya, adalah babak baru untuk kehidupanmu, sebuah kesempatan untuk menjaga kebaikan dan mengurai segala hal yang tidak layak untuk jadi sebuah cerita.  Berikutnya, adalah sebuah fase sederhana dimana perjalanan dua tahunmu di uji, sebuah fase dimana kau harus tegak berdiri saat kau tidak lagi memiliki hak untuk mengirup aroma senja.

Wingsati ku, sekalipun kau telah melakukan banyak hal luar biasa hari ini dan kemarin, tapi maaf jika aku harus menyimpan kata “Selamat jalan dan Terimakasihku” untuk mu, bukan karena sebuah kepantasan, tapi ini berbicara tentang kesiapanku yang belum juga kunjung datang. Aku hanya takut, saat aku mengatakan dwi kata itu, aku harus benar-benar merelakan semuanya, aku belum siap. Namun aku tidak harus melanggar janji, saat bibir keluku harus berucap maaf atas apapun yang tidak layak untuk dipertontonkan, tidak layak untuk didengar. Suatu saat nanti, kata tersimpan itu akan aku perdengarkan untukmu sebagai pelengkap dari baris kata di akhir perjuangan untuk rumah sederhana kita.
Tentang selanjutnya, aku akan selalu menanti untuk menikmati setiap kebaikan yang kau ukir, tidak peduli seberapa lamapun itu. Akupun akan menanti, sejauh mana jemari kecilmu bisa saling mengikat antara satu sama lain, dan aku akan menanti, bahu kecilmu untuk sekedar menjadi sandaran keluh kesahku.

Tidak adil untukku jika aku harus mengatakan semuanya sekarang, aku masih ingin menceritakan banyak hal tentangmu. Aku tidak mau, aku kehabisan cerita untuk selalu menuliskan kisahmu.

Wingsati ku, maaf, ku simpan selamat jalan terimakasihku untuk nanti :)

-Dariku yang selalu memaksamu-
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Monumen Kata - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
-->